Monday, November 24, 2014

MENDIDIK DAN MENGAJAR

Tulisan kali ini saya tulis bagi semua guru di Indonesia yang telah mengabdikan diri demi masa depan generasi muda Indonesia yang berakhlak mulia, cerdas, santun, dan berjiwa pemimpin. Sengaja saya memilih judul Mendidik dan Mengajar karena kedua hal tersebut sangat erat kaitannya dengan figur seorang guru.

Seorang guru tugasnya adalah mendidik dan mengajar siswa di sekolah. Ini senua orang juga tahu. Namun, apakah semua orang tahu perbedaan antara mendidik dan mengajar ? Inilah yang menjadi pertanyaan bagi setiap insan yang peduli akan pendidikan. Baiklah...saya akan coba kupas satu per satu antara mendidik dan mengajar. Bismillaah.... 

Pertama, saya akan mengupas apa itu 'mengajar'. Mengajar adalah suatu aktivitas mentransfer suatu ilmu dari seorang guru kepada siswa dengan harapan si siswa mendapatkan pengetahuan yang kelak akan dibutuhkan di masa depan. Aktivitas mengajar berkaitan dengan faktor kognisi atau kecerdasan pikiran.

Pembahasan selanjutnya adalah 'mendidik'. Mendidik adalah suatu aktivitas mengarahkan siswa supaya memiliki akhlak yang baik sehingga kelak siswa akan tumbuh menjadi pribadi yang dewasa, matang, dan dapat membedakan yang benar dan yang salah, yang tentunya sesuai dengan ajaran agama serta aturan yang berlaku di masyarakat. Aktivitas mendidik berkaitan dengan faktor afeksi atau perasaan sehingga diharapkan kelak siswa memiliki kecerdasan emosional yang baik. 

Melihat fenomena akhir-akhir ini dimana sering terjadi tawuran antar pelajar yang disebabkan oleh hal sepele, bahkan yang terbaru ini ada anak ABG bersama teman-temannya tega membunuh temannya hanya karena cemburu. Lantas, dalam hal ini siapa yang pantas 'dipersalahkan'? Kita harus melihat hal ini dari berbagai sudut pandang, yaitu dari faktor keluarga, lingkungan terdekat, sampai faktor guru.

Saya sering prihatin dengan guru-guru di negeri ini. Guru datang pagi ke sekolah kebanyakan hanya untuk memenuhi kewajiban mengajar siswa dan banyak yang sering lupa bahwa guru juga harus bisa mendidik siswa-siswanya supaya memiliki kepribadian atau akhlak yang baik. Kebanyakan guru hanya bangga jika siswanya memperoleh prestasi di bidang akademis. Sedangkan jika ada siswanya yang menyimpang, seolah guru 'cuci tangan' alias tidak mau disalahkan. Sangat ironis sekali....!!! 

Maka dari itu, saya sangat berharap para guru di negeri ini ikut berperan demi pembentukan karakter generasi penerus negeri sehingga diharapkan kelak negeri ini memiliki pemimpin yang tidak hanya cerdas secara kognisi, tapi juga cerdas secara afeksi. Mencetak generasi cerdas secara intelektual itu mudah. Yang sulit adalah mencetak generasi yang cerdas secara emosional dan berakhlak mulia.

Saya sadar, tulisan ini sangat jauh dari sempurna. Ini adalah salah satu ungkapan hati dari seorang mantan siswa yang sedih melihat negeri ini morat-marit dipimpin oleh orang-orang yang katanya berpendidikan, tapi kenyataannya malah merugikan rakyat. Wallaahu a'lam bishshawab...

No comments:

Post a Comment

Akhir Tahun 2019

Tidak terasa sekarang sudah menginjak akhir tahun 2019 Masehi, waktu terasa begitu cepat, seolah baru kemarin menginjakkan kaki di 2019. Ban...