Tuesday, April 15, 2014

Syariah = hanya sebagai kedok ?

Ide judul tulisan pada artikel kali ini aku dapatkan saat di jalan melihat sebuah baliho bertuliskan 'Hotel Syariah, The Largest Hotel in Indonesia'. Ketika membacanya, aku tertegun, ada juga ya hotel syariah terbesar di Indonesia, apalagi lokasinya bukan di kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang, atau Surabaya. Lokasi hotel syariah terbesar di Indonesia tersebut ada di kota kecil di Jawa Tengah. Tidak perlulah aku sebut kotanya, dikira malah promosi :)

Di Indonesia, embel-embel syariah hampir melekat di seluruh bidang. Di awali dari industri perbankan dan industri keuangan, yaitu munculnya bank syariah, bank pembiayaan rakyat syariah, asuransi syariah, sampai koperasi simpan pinjam syariah atau BMT (Baitul Maal wat Tamwiil). Semua mengklaim sesuai syariah karena menggunakan akad mudhorobah, murobahah, musyarokah, dan istilah lain. Dan kenyataan, semua lembaga keuangan yg pakai embel-embel syariah adalah bohong besar. Semua mengandung RIBA.

Di bidang perhotelan dan pariwisata pun menggunakan embel-embel syariah. Misalnya, hotel syariah, pariwisata syariah, dan yang lebih ekstrim adalah karaoke syariah. 

Sekarang kita bedah satu-satu. Dimulai dengan hotel syariah. Aku masih bingung dengan istilah hotel syariah. Seperti apakah konsep hotel syariah itu? Apakah benar-benar beda dengan hotel biasa? Di sini aku hanya bisa husnuzon atau berbaik sangka saja, dan berpikir mungkin yg dimaksud hotel syariah itu adalah hotel yg tidak menjual minuman keras, pelayan hotel yg perempuan memakai jilbab, yang menginap di hotel syariah kalau berpasangan harus menunjukkan surat nikah, dan antara karyawan laki-laki dan perempuan tidak boleh berdekatan. Semoga saja betul :) 

Yang kedua adalah pariwisata syariah. Ini yang sampai saat ini masih belum bisa aku pahami dan konsepnya itu masih awam. Di setiap daerah di Indonesia pasti ada itu tempat wisata syariah. Dan yang paling menggelikan adalah kementerian pariwisata getol mengkampanyekan pariwisatra syariah. huuuuffftthh....*lap keringet* 

Yang terakhir adalah karaoke syariah. Dari namanya aja udah aneh dan lucu. Aku tidak habis pikir, bagaimana itu konsep karaoke syariah? Dari keterangan seorang rekan, konsep karaoke syariah itu dilakukan oleh orang Syiah dengan memakai cara nikah mut'ah atau nikah kontrak....Astaghfirullaah... Na'udzubillaah min dzaalik...

Tulisan ini TIDAK ADA maksud untuk mengkampanyekan anti syariah. Namun hanya ingin mengingatkan kepada masyarakat untuk berhati-hati dan waspada terhadap pelaku bisnis dan bankir yang memakai kata syariah hanya untuk mengeruk keuntungan pribadi sedangkan si pelaku 'bisnis syariah' saja bisa jadi TIDAK PAHAM apa itu syariah. 

Senoga yang sedikit ini ada manfaatnya bagi kita dan sebagai pembelajaran bagi masyarakat. Aamiin. Silakan yang mau beri komentar terhadap tulisan ini. Kami siap menerima masukan dari siapapun.

Monday, April 14, 2014

Kepemimpinan dalam Islam

Tahun 2014, bagi negara Indonesia, adalah tahun dimana Indonesia 'mencari' figur seorang pemimpin, yang kelak bisa membawa Indonesia menjadi lebih baik dan bermartabat. Sayangnya, cara untuk 'mencari' pemimpin di negeri ini salah, yaitu melalui Pemilu. Mau bagaimana lagi, beginilah risiko negara demokrasi, negara yang, katanya, dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat, tapi kenyataan berkata lain, yaitu negara demokrasi adalah 'negara boneka' bentukan kaum kolonialis, kapitalis, dan liberalis.

Lihat saja, setelah pemilihan anggota legislatif selesai, semua partai tanpa kecuali berlomba-lomba menerapkan 'politik dagang sapi', lobi sana, lobi sini, demi mengusung 'calon pemimpin' negeri ini. Rakyat dalam hal ini TIDAK dilibatkan sama sekali dan hanya berhak memilih berbagai pilihan yg diajukan partai-partai itu. Inilah kebohongan demokrasi!

Selain itu, ada beberapa orang yang mengklaim 'mampu' memimpin negeri ini, dengan mengobral berbagai janji dan kepalsuan. Rakyat sudah sangat ditipu oleh tingkah salah satu gubernur yang tidak amanah dalam mengemban dan menyelesaikan mandat kepemimpinan, dan lebih memilih menjadi 'jongos' atau 'boneka' dari partai moncong iblis. Astaghfirullaah...Na'udzubillaahi min dzaalik...

Kepemimpinan dalam Islam

ISLAM telah mengatur dengan sangat jelas mengenai kepemimpinan. Di dalam Islam ada syariat yang mengajarkan bahwa : Jangan memberikan suatu jabatan atau kekuasaan kepada orang yang mengemis atau meminta jabatan tersebut karena sangat dimungkinkan bahwa orang yang mengemis jabatan atau meminta suatu jabatan adalah orang yang tidak punya kompetensi atau keahlian di dalam mengemban amanah tersebut.

Hal tersebut telah disabdakan oleh baginda Rasulullaah Muhammad Shollallohu 'alaihi wa sallam dalam hadits berikut ini :

" Abu Sa'id Abdurrahman bin Samurah berkata, Rasulullaah SAW bersabda kepadaku, ' Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah engkau meminta kekuasaan, karena sesungguhnya engkau jika diberi kekuasaan tanpa memintanya, engkau akan ditolong dalam menjalankannya. Namun jika kamu diberi kekuasaan karena memintanya, engkau akan dibebani dalam menjalankan kekuasaan tersebut. Dan apabila engkau bersumpah dengan suatu sumpah, lalu engkau melihat ada perkara yang lebih baik dari sumpah itu, maka lakukanlah yang lebih baik tersebut dan bayarlah kifarat sumpahmu.' " (Muttafaqun 'alaih ; HR Bukhori : 7146, dan Muslim : 1652).

" Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullaah SAW bersabda, ' Sesungguhnya kalian akan sangat menginginkan kepemimpinan, sedangkan kepemimpinan tersebut akan menjadi penyesalan pada hari kiamat.'" (HR Bukhori : 7148).

" Abu Dzarr berkata, aku berkata , 'Wahai Rasulullah, mengapa engkau tidak memberiku kekuasaan atau wewenang?' Lalu beliau memegang pundakku dengan tangannya, kemudian bersabda, 'Wahai Abu Dzarr, sesungguhnya engkau adalah orang yang lemah. dan kekuasaan itu adalah amanah. Dan kekuasaan tersebut pada hari kiamat menjadi kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi orang yang mendapatkan kekuasaan tersebut dengan haknya dan melaksanakan kewajibannya pada kekuasaannya itu.'" (HR Muslim : 1823).

Dari beberapa hadits di atas dapat diambil pelajaran bahwa suatu kekuasaan adalah amanah yang amat berat pertanggungjwabannya di akhirat kelak serta tidak bisa dijadikan main-main. Selain itu, perlu diingat bahwa setiap dari kita adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungan jawab atas diri kita di akhirat kelak. Setiap muslim harus memiliki jiwa PRAJURIT. Apa maknanya? Seorang PRAJURIT itu jika diberi amanah, tidak boleh menolak, dan harus SIAP untuk dipimpin oleh orang lain walaupun dipimpin orang yang lebih muda.

Semoga tulisan singkat ini bisa jadi bahan renungan dan pembelajaran bagi kita semua. Aamiin.

Wallaahu a'lam bish showwab.

Friday, April 11, 2014

Banyak Cara Memulai Usaha

Pengangguran di negeri ini sangatlah besar, tidak sebanding dengan lapangan kerja yang tersedia. Ironisnya, pengangguran terbesar dialami oleh lulusan perguruan tinggi. Iming-iming yg ditawarkan berbagai perguruan tinggi sangat menggiurkan. Beberapa perguruan tinggi mengklaim bahwa lulusannya dapat langsung diterima di berbagai perusahaan ternama. Namun kenyataannya tidak seindah yg ditawarkan.

Mengapa para lulusan perguruan tinggi tsb yg tidak diragukan kepandaiannya banyak yg menganggur setelah lulus ? Jawabnya adalah mereka hanya mau bekerja sesuai latar belakang akademis yg telah ditempuh. Kalau mindset ini tidak diubah, sampai tua pun tidak akan pernah bekerja.

Di sini saya, melalui tulisan sederhana ini, ingin berbagi dan membantu para lulusan perguruan tinggi yg menganggur.

Sekarang mari kita buka pikiran kita seluas-luasnya.....Ready?

Dari pada kelamaan nganggur, gimana kalau berbisnis aja? Pasti langsung ada yg nyeletuk, "bisnis ? yg benar aja ? modalnya dari mana ? kerja aja belum..." :)

Woles bro....jangan ngotot ...hehehe... ;)

Bekerja dan mendapatkan income itu gak melulu harus kerja kantoran/kerja tetap. Bisa kok dengan jalan lain, yg insya Allah hasilnya bisa lebih besar dari kerja kantoran. Jalan lain itu adalah dagang. Alasan gak ada modal buat dagang, itu alasan tahun jebot. Kalau emang serius dagang dan belum ada modal, jadi aja reseller, atau pakai sistem dropship, atau Makelar Order. Terus jualnya kemana ? Gampang....jual aja ke tetangga, teman nongkrong, follower di twitter, teman di FB, bikin blog atau website, atau lewat BBM ;) Bahkan ada lho yg kerjanya jualan online sambil tengkurep hasilnya besar :D Bisnis online seperti ini bisa jadi alternatif wanita yg tidak mau berkarir di luar rumah dan lebih memilih mengabdikan hidupnya untuk suami dengan menjadi ibu rumah tangga.

Kalau ada yg nanya, "gimana cari barang dagangan yg bisa dijual ?" Jawabnya, "manfaatin Smartphone utk mencari orang yg bisa dijualin barangnya, dan diskusikan komisinya kalau bisa menjualkan." Intinya adalah belajar dan belajar ;)

Demikian sedikit yg bisa saya share di tulisan ini. Semoga bermanfaat dan bisa menginspirasi munculnya wirausahawan-wirausahawab baru. Aamiin.

Monday, April 7, 2014

Bekerja dalam Diam

Hari ini, Selasa, tanggal 8 April 2014, genap seminggu aku resign dari tempat kerja yang penuh riba itu. Aku menjalani profesi sebagai pedagang, walaupun saat ini sementara aku membantu di toko kelontong yang dirintis ibuku. Jujur, ini dilematis, di saat yang sama hidup dengan istri, ibu kandung, dan nenek. Di satu sisi, aku ingin hidup mandiri, di rumah sendiri bersama istri. Di sisi lain, ibuku di rumah sendirian merawat nenek yang sudah sepuh dan sakit.

Aku memutuskan resign karena aku merasa 'ditipu' oleh sistem yang katanya 'syariah' tapi kenyataannya adalah penuh riba. Insya Allah, aku resign ini Lillaah dan semoga mendapat ganjaran pahala dari Allah Subhanahu wa ta'ala.

Pagi ini aku seperti tersambar petir. Istriku dari sekolah dia ngajar, tiba-tiba sms aku dan mengatakan bahwa dia sedih aku tidak bekerja, dan dia merasa malu dengan adikku yang kerja sebagai PNS di departemen keuangan. Dia juga bilang bahwa toko di rumah adalah milik ibu dan itu sumber penghasilan ibuku. Aku langsung shock dan tidak tahu harus bagaimana. Aku udah berkali-kali kasih pengertian ke istriku, namun tetap saja yang namanya wanita pasti sulit menerima kenyataan.

Aku merasa seolah apa yang ku lakukan itu tiada gunanya. Selama ini aku yang selalu kulakan apapun, mulai dari beras, gula pasir, minyak goreng, dsb., seolah tidak ada artinya di mata istriku, dan mungkin juga ibuku. Wallahu a'lam.

Dan bisa jadi, ini adalah ujian dari Allah untuk menguji aku, sebesar apakah azamku untuk menjadi seorang usahawan. Allah hendak melihat sekuat apakah mental aku saat dihadapkan kondisi seperti ini dan dihadapkan pada kondisi tetangga-tetangga yang sering menanyai aku, ''kok tidak masuk? libur ya...?''

Alhamdulillah, di saat aku terpuruk ini, aku ingat sebuah artikel dari sebuah parpol dimana parpol tersebut bercerita tentang seorang kadernya yang berjuang demi rakyat namun tidak mengharap publikasi dari siapapun. Ibaratnya, kader tersebut bekerja demi kepentingan rakyat, bekerja dengan diam. Semua dilakukan Lillaah, Lillaah, Lillaah, BUKAN lil partai atau lil publikasi media.

Dan bisa jadi, apa yang ku alami ini adalah cara Allah untuk mendidik aku bahwa setiap apa yang ku lakukan itu harus dilandasi niat Lillaahi ta'ala, dan buka lil dunya.Setiap kejadian yang dialami seorang hamba Allah pasti ada hikmah yang terkandung di dalamnya. Semoga aku bisa lebih sabar, lebih ikhlas, lebih tawadhu', dan lebih legowo. Aamiin.

Dan satu hal lagi yang bisa aku dapatkan dari ini semua adalah rezeki itu Allah yang kasih, bukan orang lain. Jadi, memikirkan terlalu berat omongan orang lain itu tidak ada gunanya dan hanya akan menyakitkan bagi diri sendiri. Toh, aku juga tidak mengemis pada mereka.

Sedikit sharing ini semoga ada manfaatnya bagi diriku dan mungkin bagi orang lain. Lega rasanya bisa menuangkan uneg-uneg di hati dan pikiran ke dalam tulisan. Bismillaah... tetap optimis, teruuuussss melangkah....dan selalu ingat, "Bekerjalah dalam Diam, dan biarkan Allah yang menilai kerjamu !".

Tuesday, April 1, 2014

RESIGN DARI TEMPAT RIBA

Hari Selasa tepat tanggal 1 April 2014, saya memutuskan resign dari tempat kerja saya di sebuah koperasi syariah di daerah Karanganyar. Kalau dihitung-hitung, saya kerja di koperasi tersebut selama 1 tahun 10 bulan. Kerja di tempat tersebut banyak suka dukanya dan nilai positifnya saya bisa mengenal banyak karakter orang.

Sekilas saya akan flashback awal saya bekerja di koperasi syariah tersebut. Kala itu, di tahun 2012, tepatnya di bulan Juni, saya diterima kerja di koperasi syariah tersebut atas info dari seorang sahabat SMA saya yang kebetulan juga bekerja di sana, Di tempat tersebut saya bekerja sebagai marketing funding dan juga sesekali mencari anggota (nasabah) pembiayaan.

Awal saya bekerja di tempat tersebut, yang saya rasakan pertama kali adalah bingung. Kok bisa bingung? Itu karena saya bukan lulusan fakultas ekonomi, dan saya hanya drop out dari sebuah fakultas psikologi. Alhamdulillah, awal saya bekerja, saya diajari banyak hal tentang menghitung jasa pinjaman, akuntansi atau pembukuan, cara survey nasabah, dan lain sebagainya. Saat masa training, yaitu 3 bulan, saya ditraining oleh manajer SDM, baru kemudian lepas masa training, saya langsung ditempatkan di kantor cabang dan dengan izin Allah, cabang tersebut dipimpin oleh sahabat saya saat SMA. Jangan dibayangkan koperasi tempat saya kerja itu sebuah koperasi yang besar dan megah loh ya...hehehe...

Di kantor cabang tersebut, selain funding, saya juga diminta untuk melakukan penagihan, dan alhamdulillah, di kantor cabang tersebut, saya diajari cara menghadapi nasabah, cara menghitung tunggakan angsuran, cara input data nasabah, cara entry simpanan nasabah, dsb. Pokoknya makin lengkap deh...

Hingga di suatu hari, sahabat saya mengalami kecelakaan dan tidak masuk kerja selama satu bulan. Jadi otomatis, tugas saya makin lengkap. Sahabat saya itu tidak masuk selama satu bulan, dan yang lebih mencengangkan lagi, sebulan setelah dia masuk, dia memutuskan resign, yaitu di bulan Oktober 2014. Saya betul-betul kehilangan sahabat waktu itu. Namun itu tidak lama karena saya harus move on untuk melajutkan apa yang ditinggalkannya.

Sepeninggal dia, jiwa saya gamang dan seolah saya seperti mendapat hidayah yang mengatakan bahwa bekerja di lembaga keunagan apapun itu mengandung RIBA. Awalnya saya tidak begitu mempedulikan namun setelah saya diskusi dengan seorang ahli muamalah di media sosial twitter, saya makin yakin bahwa pekerjaan saya ini haram. Hingga akhirnya, tepat 6 bulan setelah sahabat saya resign, saya pun mengikuti jejak sahabatku itu dan lebih memilih menjalani profesi sebagai pedagang.

Jauh-jauh hari sebelum saya resign, saya sudah diskusi banyak hal dengan istri. Dan alhamdulillah istri saya mendukung keputusan saya ini. Namun yang jadi kendala adalah ibu saya seperti tidak setuju jika saya resign. Pelan tapi pasti saya jelaskan kepada ibu, akhirnya ibu bisa menerima.

Kini saya mulai kehidupan baru saya dari nol lagi, dan insya Allah jalan hidup saya kali ini lebih berkah. Pesan saya, siapapun Anda yang saat ini masih bekerja di lembaga keuangan apapun, buruan deh untuk resign, apa mau memberi makan anak istri dengan harta RIBA? Think again!!!

Akhir Tahun 2019

Tidak terasa sekarang sudah menginjak akhir tahun 2019 Masehi, waktu terasa begitu cepat, seolah baru kemarin menginjakkan kaki di 2019. Ban...