Monday, April 7, 2014

Bekerja dalam Diam

Hari ini, Selasa, tanggal 8 April 2014, genap seminggu aku resign dari tempat kerja yang penuh riba itu. Aku menjalani profesi sebagai pedagang, walaupun saat ini sementara aku membantu di toko kelontong yang dirintis ibuku. Jujur, ini dilematis, di saat yang sama hidup dengan istri, ibu kandung, dan nenek. Di satu sisi, aku ingin hidup mandiri, di rumah sendiri bersama istri. Di sisi lain, ibuku di rumah sendirian merawat nenek yang sudah sepuh dan sakit.

Aku memutuskan resign karena aku merasa 'ditipu' oleh sistem yang katanya 'syariah' tapi kenyataannya adalah penuh riba. Insya Allah, aku resign ini Lillaah dan semoga mendapat ganjaran pahala dari Allah Subhanahu wa ta'ala.

Pagi ini aku seperti tersambar petir. Istriku dari sekolah dia ngajar, tiba-tiba sms aku dan mengatakan bahwa dia sedih aku tidak bekerja, dan dia merasa malu dengan adikku yang kerja sebagai PNS di departemen keuangan. Dia juga bilang bahwa toko di rumah adalah milik ibu dan itu sumber penghasilan ibuku. Aku langsung shock dan tidak tahu harus bagaimana. Aku udah berkali-kali kasih pengertian ke istriku, namun tetap saja yang namanya wanita pasti sulit menerima kenyataan.

Aku merasa seolah apa yang ku lakukan itu tiada gunanya. Selama ini aku yang selalu kulakan apapun, mulai dari beras, gula pasir, minyak goreng, dsb., seolah tidak ada artinya di mata istriku, dan mungkin juga ibuku. Wallahu a'lam.

Dan bisa jadi, ini adalah ujian dari Allah untuk menguji aku, sebesar apakah azamku untuk menjadi seorang usahawan. Allah hendak melihat sekuat apakah mental aku saat dihadapkan kondisi seperti ini dan dihadapkan pada kondisi tetangga-tetangga yang sering menanyai aku, ''kok tidak masuk? libur ya...?''

Alhamdulillah, di saat aku terpuruk ini, aku ingat sebuah artikel dari sebuah parpol dimana parpol tersebut bercerita tentang seorang kadernya yang berjuang demi rakyat namun tidak mengharap publikasi dari siapapun. Ibaratnya, kader tersebut bekerja demi kepentingan rakyat, bekerja dengan diam. Semua dilakukan Lillaah, Lillaah, Lillaah, BUKAN lil partai atau lil publikasi media.

Dan bisa jadi, apa yang ku alami ini adalah cara Allah untuk mendidik aku bahwa setiap apa yang ku lakukan itu harus dilandasi niat Lillaahi ta'ala, dan buka lil dunya.Setiap kejadian yang dialami seorang hamba Allah pasti ada hikmah yang terkandung di dalamnya. Semoga aku bisa lebih sabar, lebih ikhlas, lebih tawadhu', dan lebih legowo. Aamiin.

Dan satu hal lagi yang bisa aku dapatkan dari ini semua adalah rezeki itu Allah yang kasih, bukan orang lain. Jadi, memikirkan terlalu berat omongan orang lain itu tidak ada gunanya dan hanya akan menyakitkan bagi diri sendiri. Toh, aku juga tidak mengemis pada mereka.

Sedikit sharing ini semoga ada manfaatnya bagi diriku dan mungkin bagi orang lain. Lega rasanya bisa menuangkan uneg-uneg di hati dan pikiran ke dalam tulisan. Bismillaah... tetap optimis, teruuuussss melangkah....dan selalu ingat, "Bekerjalah dalam Diam, dan biarkan Allah yang menilai kerjamu !".

No comments:

Post a Comment

Akhir Tahun 2019

Tidak terasa sekarang sudah menginjak akhir tahun 2019 Masehi, waktu terasa begitu cepat, seolah baru kemarin menginjakkan kaki di 2019. Ban...