Monday, April 14, 2014

Kepemimpinan dalam Islam

Tahun 2014, bagi negara Indonesia, adalah tahun dimana Indonesia 'mencari' figur seorang pemimpin, yang kelak bisa membawa Indonesia menjadi lebih baik dan bermartabat. Sayangnya, cara untuk 'mencari' pemimpin di negeri ini salah, yaitu melalui Pemilu. Mau bagaimana lagi, beginilah risiko negara demokrasi, negara yang, katanya, dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat, tapi kenyataan berkata lain, yaitu negara demokrasi adalah 'negara boneka' bentukan kaum kolonialis, kapitalis, dan liberalis.

Lihat saja, setelah pemilihan anggota legislatif selesai, semua partai tanpa kecuali berlomba-lomba menerapkan 'politik dagang sapi', lobi sana, lobi sini, demi mengusung 'calon pemimpin' negeri ini. Rakyat dalam hal ini TIDAK dilibatkan sama sekali dan hanya berhak memilih berbagai pilihan yg diajukan partai-partai itu. Inilah kebohongan demokrasi!

Selain itu, ada beberapa orang yang mengklaim 'mampu' memimpin negeri ini, dengan mengobral berbagai janji dan kepalsuan. Rakyat sudah sangat ditipu oleh tingkah salah satu gubernur yang tidak amanah dalam mengemban dan menyelesaikan mandat kepemimpinan, dan lebih memilih menjadi 'jongos' atau 'boneka' dari partai moncong iblis. Astaghfirullaah...Na'udzubillaahi min dzaalik...

Kepemimpinan dalam Islam

ISLAM telah mengatur dengan sangat jelas mengenai kepemimpinan. Di dalam Islam ada syariat yang mengajarkan bahwa : Jangan memberikan suatu jabatan atau kekuasaan kepada orang yang mengemis atau meminta jabatan tersebut karena sangat dimungkinkan bahwa orang yang mengemis jabatan atau meminta suatu jabatan adalah orang yang tidak punya kompetensi atau keahlian di dalam mengemban amanah tersebut.

Hal tersebut telah disabdakan oleh baginda Rasulullaah Muhammad Shollallohu 'alaihi wa sallam dalam hadits berikut ini :

" Abu Sa'id Abdurrahman bin Samurah berkata, Rasulullaah SAW bersabda kepadaku, ' Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah engkau meminta kekuasaan, karena sesungguhnya engkau jika diberi kekuasaan tanpa memintanya, engkau akan ditolong dalam menjalankannya. Namun jika kamu diberi kekuasaan karena memintanya, engkau akan dibebani dalam menjalankan kekuasaan tersebut. Dan apabila engkau bersumpah dengan suatu sumpah, lalu engkau melihat ada perkara yang lebih baik dari sumpah itu, maka lakukanlah yang lebih baik tersebut dan bayarlah kifarat sumpahmu.' " (Muttafaqun 'alaih ; HR Bukhori : 7146, dan Muslim : 1652).

" Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullaah SAW bersabda, ' Sesungguhnya kalian akan sangat menginginkan kepemimpinan, sedangkan kepemimpinan tersebut akan menjadi penyesalan pada hari kiamat.'" (HR Bukhori : 7148).

" Abu Dzarr berkata, aku berkata , 'Wahai Rasulullah, mengapa engkau tidak memberiku kekuasaan atau wewenang?' Lalu beliau memegang pundakku dengan tangannya, kemudian bersabda, 'Wahai Abu Dzarr, sesungguhnya engkau adalah orang yang lemah. dan kekuasaan itu adalah amanah. Dan kekuasaan tersebut pada hari kiamat menjadi kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi orang yang mendapatkan kekuasaan tersebut dengan haknya dan melaksanakan kewajibannya pada kekuasaannya itu.'" (HR Muslim : 1823).

Dari beberapa hadits di atas dapat diambil pelajaran bahwa suatu kekuasaan adalah amanah yang amat berat pertanggungjwabannya di akhirat kelak serta tidak bisa dijadikan main-main. Selain itu, perlu diingat bahwa setiap dari kita adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungan jawab atas diri kita di akhirat kelak. Setiap muslim harus memiliki jiwa PRAJURIT. Apa maknanya? Seorang PRAJURIT itu jika diberi amanah, tidak boleh menolak, dan harus SIAP untuk dipimpin oleh orang lain walaupun dipimpin orang yang lebih muda.

Semoga tulisan singkat ini bisa jadi bahan renungan dan pembelajaran bagi kita semua. Aamiin.

Wallaahu a'lam bish showwab.

No comments:

Post a Comment

Akhir Tahun 2019

Tidak terasa sekarang sudah menginjak akhir tahun 2019 Masehi, waktu terasa begitu cepat, seolah baru kemarin menginjakkan kaki di 2019. Ban...