Wednesday, October 29, 2014

Milikilah Filter

Akhir-akhir ini, hampir semua media memberitakan tentang huru-hara politik di negeri ini. Perseteruan antara dua kubu di DPR seolah tidak akan pernah ada habisnya. Anggota DPR yang 'katanya' menjadi wakil rakyat, ternyata tidak pernah sekalipun mewakili rakyat, kecuali segelintir 'rakyat' yang jadi kader elit politik.

Berbagai media nasional yang ada, sebagian besar adalah media corong penguasa. Yang diberitakan setiap hari hanyalah 'dongeng' pesanan, yang membuat rakyat jadi terpesona. Kebenaran yang sesungguhnya telah dikamuflasekan oleh pencitraan semata. Jika dulu di zaman Presiden SBY, banyak pengamat sering mem-bully presiden SBY dengan memakai istilah 'politik pencitraan', kini ternyata jauh lebih parah. Pencitraan hampir setiap saat disuguhkan ke publik. 

Dari berbagai pemberitaan yang ada, banyak yang sudah terjebak dan tertipu oleh pemberitaan di media. Rakyat kecil, terutama yang di pedesaan, telah tertipu oleh figur yang sederhana, jujur, dan merakyat. Rakyat bersiap untuk gigit jari karena telah salah 'memilih'. 

Ini semua terjadi dikarenakan sebagian besar masyarakat (rakyat -red.) tidak memiliki filter di dalam menyaring informasi. Pikiran mereka telah dicekoki oleh pemikiran yang salah dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab. 

Lihat aja di medsos seperti twitter. Isinya adalah twit war yang, ternyata, menimbulkan perpecahan di antara sesama anak bangsa. Sangat mirip perang Baratayuda antara Pandawa dan Kurawa. Dan yang lebih mengherankan lagi, orang-orang yang berada di pihak 'Kurawa' pintar sekali memainkan strategi kecurangan dan memutarbalikkan fakta. Seolah isinya Sengkuni semua...hehehe... Dan berita terakhir, ada seorang tukang sate yang dilaporkan ke polisi 'hanya' karena mem-bully Jokowi di Facebook. Saya kira, si tukang sate tersebut telah dijebak oleh 'sukarelawan' hanya karena si tukang sate itu tidak memiliki filter di otaknya dan terkesan ikut-ikutan. Tukang sate tersebut terancam hukuman 12 tahun penjara. Astaghfirullaah... Innalillaahi wa inna ilaihi roji'uun...

Maka dari itu, kita harus mengambil hikmah dari peristiwa tersebut. Kita harus pinter-pinter menyaring informasi dari media apapun. Jangan gampang percaya berita dari semua media nasional karena berita yang didapat jurnalis, sembilan puluh sembilan koma sembilan persen berita adalah pesanan alias tidak objektif. Informasi ini didapat dari sahabat saya yang seorang jurnalis salah satu media nasional. 

Hati-hati dengan media...!!! 

No comments:

Post a Comment

Akhir Tahun 2019

Tidak terasa sekarang sudah menginjak akhir tahun 2019 Masehi, waktu terasa begitu cepat, seolah baru kemarin menginjakkan kaki di 2019. Ban...