Judul di atas bukanlah
mengada-ada karena selama ini aku melihat banyaknya pengangguran yang
kebanyakan adalah fresh graduate alias sarjana yang baru lulus kuliah. Para
mahasiswa ketika kuliah yang dipikirin cuma kuliah, pulang, nongkrong, dan
pacaran. Mereka selama kuliah tidak pernah memkirkan apa yang akan dilakukan
setelah mereka lulus. Mungkin dipikiran mereka, setelah lulus baru dipikirkan
apa yang harus dilakukan selanjutnya. Dikira mereka, jika lulus kuliah dengan
nilai memuaskan, akan mendapat jaminan kerja. Sesimpel itukah kenyataannya?
Tidak! Saingan para fresh graduate itu tidak cuma teman-teman satu kampus,
melainkan ribuan fresh graduate. Dan asal tau aja ya, perusahaan yang
menyediakan lapangan kerja hanya membutuhkan karyawan yang berpengalaman. Lha
ini lulusan sarjana bisa apa? Kalo selama kuliah hanya ‘menyusu’ alias
menengadahkan tangan pada orang tua, lulus kuliah bisa apa? Mikir dong!!!
Tidak banyak mahasiswa yang
saat kuliah mulai memikirkan apa yang harus dilakukan setelah lulus. Hanya
sebagian kecil mahasiswa yang, mungkin, karena kepepet lalu muncul ide kreatif
untuk memulai suatu usaha atau pekerjaan. Usaha atau pekerjaan yang mereka
lakukan awalnya sederhana dan bisa jadi dipandang sebelah mata oleh orang lain.
Ada yang memulai usaha dengan jadi perantara antara konsumen dan pemilik usaha,
ada yang berjualan makanan, atau jadi marketing freelance di suatu perusahaan.
Eh..,jangan dikira jadi marketing freelance itu pekerjaan sia-sia loh, justru
bisa jadi malah pendapatannya besar.
Ngomong-ngomong tentang
marketing, entah itu freelance atau full time, itu suatu pekerjaan yang luar
biasa menurut aku. Kenapa aku bilang luar biasa? Karena marketing itu tidak
terikat jam kerja, dan dia sendirilah yang ‘menciptakan kerja untuk dirinya
sendiri’. ‘Menciptakan kerja untuk dirinya sendiri’ maksudnya apa? Gini…,
seorang marketer atau marketing, yang freelance atau full time, memiliki ritme
kerja sendiri. Misal, antara jam segini sampai jam segini, harus prospek ke
beberapa calon konsumen/pelanggan. Lalu, bikin jadwal untuk bikin appointment
atau janji ketemu dengan konsumen. Semua itu dia lakukan supaya jadwal kuliah
mahasiswa yang jadi marketing tidak bertabrakan. Jadi tidak heran, mahasiswa
yang demikian ini adalah mahasiswa yang cerdas, waktunya tidak dihabiskan
dengan nongkrong atau pacaran yang nggak penting. Dan biasanya, mahasiswa yang
memanfaatkan waktu dengan bekerja sebagai marketing freelance atau full time, ke
depannya memiliki usaha atau jadi pengusaha.
Kembali ke judul di atas. Aku
ingat nasehat dari seorang teman, yang mungkin singkatnya begini : “Buat apa
kau susah-susah cari kerja di tempat lain jika hobi yang kau miliki bisa jadi
jalan rezeki buat kau dan keluarga.” Dan satu lagi, di dunia ini tidak ada yang
namanya ‘orang cerdas’, ‘orang jenius’, ‘orang bejo’, atau ‘orang bodoh’. Yang
ada hanyalah “orang yang tekun dan bersungguh-sungguh di dalam menggapai
mimpinya”, seperti pepatah Jawa mengatakan : “Sopo sing tekun utawa telaten,
mesti bakalan tekan”. Tekun atau telaten di sini sangat luas maknanya. Selain
tekun/telaten dalam bekerja, juga tekun/telaten dalam berdoa atau mengharap
pertolongan Allah.
No comments:
Post a Comment